Senin, 28 November 2011

Pernah aku berharap aku bisa menghentikan lajunya waktu, menghentikannya meski hanya untuk beberapa jam saja. Bukan karena aku takut menua, bukan karena aku takut tergerus oleh masa. Bukan. Justru aku berharap bisa menghentikannya sejenak, agar aku bisa merekam setiap detik yang kupunya denganmu, agar bisa kurekam seluruh hangat dari kamu yang kini menemaniku, agar bisa kusimpan setiap doa dan har...ap yang kamu panjatkan kepadaNya atasku.

Untuk setiap doa. Untuk setiap harap. Untuk segala sesuatu yang telah terucap dari bibir manismu.
Kamu tahu, sayang? Kemarin adalah saat termanis dan teristimewa bagiku. Di saat suaramu kembali hadir menemani malamku. Di saat doa dan harap yang kutunggu, benar-benar terucap langsung darimu.

Memang tak bisa kutemukan hadirmu kemarin, memang tak bisa kudapati kamu ada di sampingku seharian penuh kemarin. Tak apa, sayang. Aku tak akan pernah mau mempermasalahkan itu lagi, karena dengan semua yang sudah kamu lakukan, karena dengan semua doa yang kamu panjatkan, aku selalu tahu, kamu selalu ada, kamu selalu peduli.
Cukuplah bagiku. Dengan kapasitasmu. Dengan kepedulianmu. Aku percaya. Aku yakin.

Cukuplah bagiku. Dengan penerimaan yang kamu berikan kepadaku selama ini. Aku percaya. Aku yakin terhadapmu.
Aku tidak ingin meragukanmu. Aku tidak ingin mempertanyakan apa pun. Ketika aku percaya, aku sudah menjadikan diriku sadar, bahwa apa pun yang kamu akan lakukan, semua berdasarkan kesadaranmu, semua berdasarkan pertimbanganmu.

Aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Dan dengan 'percaya', aku sempurnakan diriku untuk selalu 'menerima' dan 'memahami'mu sepenuh hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda tentang postingan saya